Wednesday, March 14, 2018

Pertanyaan Keamanan Jejaring Sosial

Pertanyaan Keamanan Facebook: Pertanyaan bagaimanakah keamanan Facebook dan jejaring sosial lain menjadi permasalahan yang semakin serius. Facebook dan jejaring sosial lain (seperti Twitter) harus mengatasi masalah kerahasiaan pribadi (privasi) dan keamanan para pengguna. Privasi data dan keamanan pengguna Facebook menjadi keharusan ketika jejaring sosial telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat. Di era digital seperti sekarang, media dan jejaring sosial telah berwujud dalam bentuk software dan aplikasi dengan tinggkat penggunaan yang sangat tinggi. Hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia tahun 2017, menyatakan penggunaan penggunaan internet mencapai 97,13% untuk mengakses media sosial yang juga meliputi jejaring sosial, dengan peringkat tertinggi yaitu akses terhadap berbagai layanan dan aplikasi Chatting yang mencapai 89,35%.

Prinsip dasar yang harus berkembang adalah "Informasi tentang saya adalah milik saya, dan saya yang menentukan akan memberikan atau tidak memberikan data saya kepada orang lain". Menjadi permasalahan adalah bagaimana berbagai data (seperti foto, video, dan informasi pribadi lainnya) diatur secara penuh oleh pemilik akun jejaring sosial tersebut. Hal demikian tentunya berbanding terbalik dengan beberapa kebijakan data berbagai aplikasi dan layanan jejaring sosial. Kebijakan yang menggambarkan informasi apa yang kumpulkan dan bagaimana informasi tersebut digunakan dan dibagikan menjadi sebuah cara dan langkah terbuka untuk menjadikan jaringan sosial lebih menghubungkan dan terhubung. Kebijakan data jejaring sosial seperti Facebook berlaku untuk semua merek, produk, dan layanan Facebook yang tidak memiliki kebijakan privasi tersendiri atau yang terkait dengan kebijakan tersebut ( https://www.facebook.com/privacy/explanation ). Perusahaan seperti Facebook yang ingin membagi data yang mereka kumpulkan mengenai pengguna tentunya harus memberikan informasi yang eksplisit, dan mendapatkan izin secara eksplisit dari para pengguna. Di sisi lain, para pengguna facebook, media, dan jejaring sosial lain tentunya harus mempelajari dan belajar banyak berkaitan dengan pernyataan hak dan kewajiban, kebijakan data, dan standar komunitas yang telah ditetapkan.

Kemanan Media Sosial
Keamanan Data Pribadi pada Jejaring Sosial
Sumber gambar: www.pinterest.co.uk. https://www.pinterest.co.uk/pin/103231016437377890

Untuk menjawab pertanyaan keamanan, Facebook seharusnya mengumpulakan data hanya yang mereka butuhkan dan dalam tempo waktu yang mereka perlukan saja. Menjadi suatu kebiasaan, setiap calon pengguna yang ingin bergabung tentunya diwajibkan untuk mengisi informasi pribadi, jika tidak, para calon pengguna tidak akan pernah terdaftar dan tidak dapat bergabung dengan jejaring sosial tersebut. Akan tetapi masa sekarang ini, dalam dunia digital keamanan data menjadi permasalahan yang semakin besar. Para pengguna aktif dan perusahaan jejaring sosial itu sendiri telah berbagi terlalu banyak, dan semakin terhubung dengan semakin banyak orang, melawan batas wilayah dan negara. Para remaja pengguna internet, menjadi pengguna jejaring sosial yang paling aktif. Mereka menjadi barisan paling depan dalam menerima dampak permasalahan sisi keamanan data jejaring dan media sosial (Don Tapscott, 2013: 97). Hingga kini awal tahun 2018, terlihat berbagai cara, langkah, dan tindakan yang dilakukan para pengembang jejaring sosial seperti Facebook untuk sedapat mungkin memberikan keamanan kepada para pengguna. berbagai pop up system yang diberikan ketika pengguna melakukan login pada aplikasi facebook, pesan pada pop up yang berkaitan dengan pentinganya para pengguna melakukan setting pada privasi, untuk mempelajari dan memahami dengan jelas dasar-dasar privasi Facebook, standar komunitas, kebijakan data, kebijakan kuki, dan pengaturan terhadap iklan dan pihak ketiga pada aplikasi Facebook.

Tidak hanya dari sisi perusahaan yang mengemban tanggung jawab terhadap kerahasiaan data pribadi, tetapi para pengguna internet memiliki kewajiban untuk memastikan agar mereka mengendalikan dan mampu melakukan informasi yang diberikan kepada publik. Matt Cohler, mantan pakar strategi Facebook mengatakan, solusinya mungkin dengan melakukan pendefinisian ulang kerahasiaan pribadi dalam era digital, "pada masa lampau, kerahasiaan pribadi pada dasarnya adalah meliputi yang tampak oleh setiap orang atau yang tersembunyi dari setiap orang, private adalah sesuatu yang rahasia dan tidak ingin dibagi dengan orang lain". Kerahasiaan pribadi saat ini, bagi generasi yang selalu terhubung dengan internet, definisi akan kerahasiaan pribadi pun menjadi berubah. Kerahasian pribadi tidak terkait dengan terbuka sepenuhnya atau tersembunyi seutuhnya, tetapi lebih kepada kemampuan seseorang mengendalikan informasi yang ingin atau tidak mereka bagi kepada orang lain. Solusi Cohler untuk memecahkan permasalahan kerahasiaan pribadi adalah memberikan setiap orang kendali atas informasi yang ingin mereka bagikan, dan dengan siapa mereka akan membagikan informasi tersebut. Definisi Cohler tentang pengaturan kerahasiaan pribadi yang tuntas adalah ketika setiap orang di facebook telah menetapkan secara lengkap informasi yang ingin mereka bagikan kepada orang-orang tertentu dan apa informasi yang ingin mereka terima dari orang tertentu (Don Tapscott, 2013: 97). 

Pertanyaan Keamanan Jejaring Sosial
Keamanan Data Facebook
Sumber gambar: pando.com, https://pando.com/2014/01/06/facebook-isnt-dead-and-buried-to-teens-but-dodgy-journalism-lives-on

Kenyataan yang ada, ketidakpedulian para pengguna terhadap keamanan dan kerahasiaan data menjadi permasalahan serius yang membawa berbagai dampak negatif lain mengikuti. permasalahan lain seperti enggannya para pengguna untuk melakukan setting terhadap akun mereka, penggunaan dan pemahaman terhadap cara kerja website yang kurang, lemahnya interaksi dengan sistem (tidak membaca dan mempelajari berbagai pesan, pop up yang diberikan pada halaman aplikasi), ketidakmampuan untuk memberikan masukan (melaporkan penyalahgunaan) pada pengembang aplikasi berkaitan dengan konten yang tidak menyenangkan/ ilegal (pornografi, SARA, anak di bawah umur), dan juga  berbagai data pribadi terlalu banyak dan terbuka pada pihak ketiga yang kerjasama dengan aplikasi (seperti game dan aplikasi lain yang terhubung).

Seandainya para pengguna facebook telah memiliki kemapuan sharing dan filter yang baik, tentunya akan memberikan kondisi berbagi atau sharing informasi yang baik. ketika kita berpikir mengenai kerahasiaan pribadi yang baik tentunya tidak dengan segalanya menjadi tertutup dan rahasia, atau tersembunyi dari setiap orang. Kerahasiaan pribadi dapat ditentukan dari kita sendiri sebagai pengguna dan berbagi untuk orang lain sesuatu yang berguna dan hanya yang mereka butuhkan. Kondisi semacam itu masih sangat jauh dicapai melihat keadaan sekarang. Setiap pengguna perlu mengatasi permasalahan kerahasian pribadi. pertanyaan yang diajukan, lalu bagaimana tanggung jawab perusahaan jaringan sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan jejaring sosial lain untuk mengajarkan para pengguna dalam menjaga kerahasiaan pribadi?

Bagaimana lembaga pendidikan baik negeri dan swasta untuk membantu mengatasi permasalahan keamanan jejaring sosial? Bagaiaman satuan pendidikan baik dasar dan menengah untuk ikut mengatasi permasalahan keamanan data pribadi pada era digital? Bagaimana cara mengajarkan digital literasi pada seluruh masyarakat, khususnya oleh lembaga dan instansi pendidikan? Bagaimana integrasi literasi digital pada kurikulum dan pembelajaran di sekolah?, merupakan berbagai pertanyaan yang harus segera terjawab untuk ketercapaian masyarakat yang melek teknologi dan menciptakan masyarakat yang selaras dengan perkembangan teknologi, era modern dan global. Next.... :)

Sumber teks asli: Don Tapscott. 2013. Grown Up Digital: Yang Muda Yang Mengubah Dunia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka  Utama.  hal. 97. ISBN: 978-979-22-9722-5. 
Tapscott, Don. 2009. Grown Up Digital. NY: Mc-Graw Hill.

Monday, March 12, 2018

Literasi Media Digital Siswa SMA dan SMK di Kabupaten dan Kota Tangerang

Latar Belakang Proposal Penelitian. Penelitian dengan judul Literasi Media Digital Siswa SMA dan SMK di Kabupaten dan Kota Tangerang. 

Latar Belakang
Perkembangan teknologi membawa perubahan besar terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat. Teknologi informasi dan komunikasi memberikan perubahan dan menciptakan pola baru dalam memenuhi ketersediaan, mendapatkan, dan meyebarkan informasi. Teknologi digital dan internet sebagai produk teknologi menjadi pemicu terciptanya sumber-sumber informasi dan konvergensi berbagai media. Sumber, konten, dan media informasi terus bermunculan dan dengan mudah dikonsumsi oleh publik.

Kehadiran berbagai bentuk media dan jejaring sosial digital memungkinkan terjadinya akses informasi tanpa batas, kapan saja, dan di mana saja. Perkembangan komunikasi interaktif (new media) juga menjadi sebuah fenomena yang muncul dan berkembang bersama derasnya kemajuan teknologi digital dan arus informasi. Dengan tidak menghilangkan kaidah media itu sendiri, teknologi digital membawa transformasi besar-besaran pada berbagai bentuk sarana komunikasi. Surat kabar, majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk telah melebur dalam teknologi digital yang membawa fungsi serta keunggulan tertentu. Berita, iklan, dan berbagai informasi lainnya dapat disebarkan (share) dan diciptakan dengan aplikasi digital, dengan dukungan teknologi internet sebagai alat komunikasi, interaksi, dan kolaborasi.

Transformasi berbagai media dalam bentuk digital membawa dampak positif dan negatif terhadap masyarakat. Keterampilan, pengetahuan, pengalaman, moralitas, dan etika pengguna media digital berpengaruh dan berdampak besar terhadap lingkungan masyarakat itu sendiri, yang tertuang dalam aspek sosial, industri, ekonomi, dan pendidikan masyarakat di era modern sekarang ini.

Permasalahan yang ada, perkembangan media digital belum diimbangi dengan kemapuan filter (menyaring) dan sharing (berbagi) informasi yang baik. Informasi hasil pencarian melalui media digital dan internet langsung saja diterima tanpa melalui analisis mendalam terhadap konten dan kebenaran informasi (https://www.antaranews.com/berita/611131/kemdikbud-kemkominfo-kerja-sama-tingkatkan-literasi-digital-masyarakat). Share konten yang belum tentu kebenarannya, berita bohong (hoax) plagiat yang semakin marak khususnya dalam dunia pendidikan, kurangnya penerapan etika berinternet, pornografi dan pornoaksi dalam media digital, serta pelanggaran terhadap hak kekayaaan intelektual menjadi fenomena besar yang ada dalam masyarakat sekarang ini.

Dalam bidang pendidikan, baik pendidikan tinggi, dasar, dan menengah, adaptasi yang baik sangat dibutuhkan dalam menyikapi perkembangan media digital dan berbagai masalah yang mengikuti. Idealnya dengan kemampuan literasi yang baik, media digital menjadi sarana interaksi, komunikasi, kolaborasi, dan sumber informasi untuk memenuhi berbagai kebutuhan informasi, khususnya informasi akademik. Digital library, sumber berita online, media pembelajaran dengan pemanfaatan internet, berbagi file melalui e-mail, sumber belajar dengan e-book, interaksi dan kolaborasi melalui media dan jejaring sosial, menulis dan berbagi informasi melalui blog, serta search engine internet yang dapat digunakan untuk mencari referensi pembelajaran merupakan kontribusi positif media digital terhadap bidang pendidikan yang tentunya dapat terjadi dengan dukungan kompetensi mumpuni pengguna teknologi itu sendiri.

Literasi kaitannya dengan media digital merupakan sebuah kompetensi individu berkaitan dengan kemampuan untuk mengakses media digital itu sendiri. Mendapatkan informasi, menganalisis konten, dan kemampuan untuk dapat membuat minformasi baru hasil interaksi dengan teknologi digital merupakan bentuk literasi media digital. Lebih mendalam, literasi media digital tertuang dalam sebuah kompetensi, yaitu kemamampuan dalam mendapatkan, menganalisis, mengevaluasi, dan menggunakan informasi dengan pemanfaatan media dan teknologi digital. Kenyataan dalam dunia pendidikan, masih terdapat siswa yang belum terbiasa dengan penggunaan komputer dan internet, kesenjangan digital (digital devide) masih marak dikalangan pelajar (Hapli, Kristiyono, dkk, 2017), serta tingkat pemahaman siswa terhadap penggunaan internet dan media digital masih kurang. Permasalahan lain pada pelajar tingkat menengah, yaitu pemahaman terhadap bandwith, proses upload, proses download, virus komputer, dan pop up browser yang masih kurang.

Literasi media digital sebuah keharusan dalam dunia pendidikan. Pola pikir, pemahaman, dan karya-karya yang dihasilkan siswa harus merujuk pada cara-cara ilmiah, sistematis, dan didapatkan melalui sumber yang valid dan terpercaya. Analisis dan pemahaman kredibilitas sumber informasi yang digunakan menjadi hal penting, yang selanjutnya digunakan dalam memenuhi kebutuhan informasi akademik mereka.  Literasi media digital siswa terwujud pada pemahaman serta cara mendapatkan dan menyebarkan informasi melalui media digital. Pemanfaatan dan penggunaan internet, website, search engine, media sosial, dan jejaring sosial merupakan bentuk literasi media digital yang menjadi trend masa sekarang.

Merujuk pada pentingnya literasi media digital dalam bidang pendidikan, khususnya pendidikan tingkat menengah, beberapa penelitian telah dilakukan diantaranya: 1) Rezha Rosita Amalia. 2016. Urgensi literasi digital untuk Pelajar SMA: Penelitian survei tingkat literasi digital pelajar SMA Negeri di daerah Instimewa Yogyakarta, dan 2) Nuha Rosidah & Sri Herwindya Baskara Wijaya. 2016. Pengaruh Kompetensi Individu terhadap Tingkat Literasi Media Internet. Melihat berbagai bentuk perkembangan media digital berserta fenomen permasalahan yang mengikuti, Penulis tertarik melakukan penelitian berkaitan dengan profile literasi media digital siswa SMA dan SMK di Kota Tangerang. Pemilihan siswa sebagai subjek penelitian dengan melihat data penetrasi pengguna internet di Indonesia 75,5% pada kisaran usia 10-24 tahun dimana siswa SMA dan SMK termasuk dalam kategori tersebut, kemudian dengan melihat bahwa penggunaan internet 69,8% digunakan oleh pelajar (Survei APJII, 2016). Pemilihan lokasi penelitian di Tangerang didasarkan pada belum adanya penelitian di Tangerang, baik Kabupaten dan Kota yang berkaitan dengan literasi media digital siswa SMA dan SMK, diharapkan hasil penelitian memberikan kontribusi besar terhadap kebijakan, penelitian lanjutan, dan kebutuhan masyarakat terhadap data berkaitan dengan profil literasi digital siswa SMA dan SMK di Kabupaten dan Kota Tangerang. Hasil penelitian juga diharapkan menjadi sebuah data dukung terhadap berbagai program pengembangan literasi digital oleh pemerintah dan berbagai lembaga pendidikan.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Profil Literasi Media Digital Siswa SMA dan SMK di Tangerang”. Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan profil literasi media digital siswa SMA dan SMK yang meliputi tingkat pemahaman literasi digital, kebutuhan akan penggunaan media digital, pemanfaatan media digital, serta cara mengakses dan menyebarkan informasi kaitannya dengan penggunaan media digital. Diharapkan hasil penelitian bermanfaat dan berkontribusi terhadap manajemen dan kebijakan sekolah, dapat digunakan sebagai masukan dan input terhadap proses pembelajaran dan kurikulum khususnya yang berkaitan dengan teknologi informasi dan komunikasi. Hasil penelitian juga diharapkan berkontribusi terhadap aspek teknik dan praktik secara langsung dalam pembelajaran untuk lebih meningkatkan adopsi teknologi bagi siswa SMA dan SMK. Kontribusi lain, hasil penelitian menjadi sebuah data akurat dan kredibel yang didapatkan dengan cara ilmiah untuk menjadi sumber, rujukan, dan pengembangan berbagai program literasi digital baik oleh pemerintah dan lembaga pendidikan lainnya

File Presentasi Proposal Penelitian Literasi Media Digital Siswa SMA dan SMK di Kabupaten dan Kota Tangerang.

Digital Literasi, digital literacy competencies.

Sunday, March 11, 2018

PEST ANALYSIS SEBAGAI STRATEGI PENINGKATAN PELAYANAN PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN BUDDHA

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bagaimana PEST analysis sebagai strategi peningkatan pelayanan Perguruan Tinggi Keagamaan Buddha (PTKB). Fokus penelitian pada analisis faktor eksternal yang mempengaruhi PTKB ditinjau dari politik/hukum, ekonomi, sosial, dan teknologi, yang selanjutnya digunakan dalam menentukan strategi guna peningkatan pelayanan PTKB. 

Penelitian kualitatif dengan pendekatan eksploratif. Subjek penelitian terdiri dari dosen, mahasiswa, dan para pemegang kebijakan manajemen perguruan tinggi. Objek penelitian meliputi berbagai faktor eksternal organisasi ditinjau dari faktor politik, ekonomi, sosial, dan teknologi. Analisis data menggunakan model miles and huberman. Analisis lingkungan eksternal dengan PEST Analysis dan Value Chain Analysis digunakan untuk menentukan proses utama dan pendukung PTKB. Metode pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data skunder menjadi data penting dalam penelitian untuk mencari faktor eksternal makro PTKB.

Hasil penelitian menunjukan strategi peningkatan pelayanan PTKB melalui pendidikan dan pembelajaran yaitu: (1) restrukturisasi dan manajemen kurikulum, (2) adopsi teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pembelajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat, (3) forum dan diskusi ilmiah antar-PTKB, (5) program beasiswa dan bantuan pendidikan, (6) kerja sama antar-PTKB, (7) pembinaan kerukunan antarumat beragama, penerapan metode, model, strategi, dan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mahasiswa, (8) workshop, pelatihan, bimbingan teknologi informasi dalam pembelajaran (9) peningkatan kualifikasi dosen, dan (10) keterlibatan masyarakat dalam proses pembelajaran. Strategi bidang penelitian dilakukan dengan memberikan kontribusi nyata penelitian dan pengabdian masyarakat berbasis kebutuhan dan pemberdayaan. Bidang pengabdian masyarakat dengan berbagai kegiatan yang lebih menekankan pada dimensi sosial perguruan tinggi sebagai sebuah institusi pendidikan tinggi serta melakukan pelatihan dan bimbingan dengan perkembangan TIK. Strategi bidang pendukung PTKB seperti: (1) pendanaan dengan perencanaan kebutuhan dan berbasis program, (2) update informasi peraturan serta kebijakan pendidikan dan PTKB, (3) peran maksimal kinerja divisi kepegawaian, (4) studi lanjut dosen dan tenaga kependidikan, (5) penerimaan pegawai, (6) koordinasi yang baik PTKB dengan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha, (7) membentuk SDM TI serta divisi manajemen sistem informasi dan pangkalan data, dan (8) peningkatan sarana prasarana, infrastruktur teknologi serta sesosialisasi, promosi, dan publikasi PTKB secara berkelanjutan.

Perguruan Tinggi Keagamaan Buddha
PEST Analysis sebagai strategi peningkatan pelayanan Perguruan Tinggi Kegamaan Buddha
Sumber Gambar: www.visual-paradigm.com
https://www.visual-paradigm.com/guide/strategic-analysis/what-is-pest-analysis


Pendahuluan
Pendidikan tinggi merupakan gerbang utama pencetak insan intelektual melalui berbagai proses yang dilakukan. Perkembangan agama tidak terlepas dari peran masyarakat intelektual dengan berbagai kompetensi yang dimiliki. Perguruan Tinggi Keagamaan Buddha (PTKB) menjadi basis utama dalam pendidikan tinggi, penemuan, dan riset baru yang digunakan dalam mendukung pelayanan bidang agama dan keagamaan Buddha. Peran strategis perguruan tinggi (negeri maupun swasta) mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) intelektual tidak terlepas dari permasalahan internal maupun eksternal perguruan tinggi. Lingkungan eksternal perguruan tinggi berpengaruh besar terhadap perkembangan, operasional, pelayanan, dan jasa pendidikan yang diberikan.
Perubahan lingkungan perguruan tinggi terjadi melalui pergeseran paradigma, manajemen pengelolaan, dan persaingan pendidikan. Perubahan paradigma pendidikan terjadi akibat globalisasi dan arus perkembangan teknologi informasi. Globalisasi menjadi tantangan dan permasalahan bagi masa depan perguruan tinggi, menjadi pertanyaan utama perguruan tinggi dalam melaksanakan proses pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Globalisasi harus dipahami dan dianalisis sebagai situasi multidimensi meliputi berbagai bidang kegiatan dan interaksi ekonomi, politik, sosial budaya, teknologi, etik, lingkungan, dan personal.
Dinamika politik/hukum, perekonomian masyarakat, pergeseran dan perubahan sosial, serta kemajuan teknologi memberikan pengaruh terhadap keberlangsungan perguruan tinggi dalam menjalankan tugas dan fungsi. PEST analysis memberikan gambaran situasi dan kondisi lingkungan eksternal ditinjau dari faktor politik/hukum, ekonomi, sosial, dan teknologi. Fakta menampilkan kendala PTKB di Indonesia tidak lepas dari faktor politik (hukum dan perundang-undangan, kebijakan), ekonomi masyarakat, sosial kultural, serta adopsi teknologi yang berkembang dalam dunia pendidikan. Beberapa kendala PTKB seperti: (1) program studi jenjang S2 berstatus tutup pada Pangkalan Data Pendidikan Tinggi dikarenakan tidak dapat memenuhi persyaratan Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, (2) penghasilan keluarga dan biaya kuliah berakibat pada menurunnya jumlah mahasiswa, (3) kurangnya penerapan hasil penelitian terhadap pembelajaran dan masyarakat, (4) belum maksimalnya pengabdian berbasis kebutuhan dan pemberdayaan berkelanjutan, (5) lemahnya kepercayaan masyarakat dan daya dukung lingkungan, (6) kurangnya adopsi teknologi dalam meningkatkan proses dan hasil pembelajaran, serta belum maksimalnya manajemen data dan informasi dalam memenuhi berbagai kebutuhan akademik dan pelaporan.
Dengan analisis mendalam data kualitatif perguruan tinggi serta berbagai faktor politik/hukum, ekonomi, sosial, dan teknologi yang mempengaruhi, PEST analysis memberikan gambaran peluang, ancaman, situasi, dan posisi perguruan tinggi saat ini. Analisis menghasilkan arah perencanaan dan langkah-langkah strategis sebagai dasar implementasi untuk keluar dari hambatan yang ada, serta memberikan pelayanan maksimal dalam proses pendidikan.

Bagaimana PEST Analysis sebagai strategi peningkatan pelayanan PTKB menjadi permasalahan tersendiri dalam penelitian ini. Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan bagaimana PEST Analysis sebagai strategi peningkatan pelayanan PTKB. Hasil penelitian memiliki kontribusi untuk beberapa aspek yaitu: aspek teori, sistem, teknis atau praktik, kebijakan dan manajemen, serta aspek penelitian lanjutan. 
Pendidikan dan Pembelajaran
(1) Restrukturisasi dan manajemen kurikulum, (2) adopsi teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pembelajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat, (3) forum dan diskusi ilmiah antar-PTKB, (4) program beasiswa dan bantuan pendidikan, (5) kerja sama antar-PTKB, (6) pembinaan kerukunan antarumat beragama, (7) penerapan metode, model, strategi, dan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mahasiswa, (8) workshop, pelatihan, bimbingan teknologi informasi dalam pembelajaran, (9) peningkatan kualifikasi dosen, dan (10) keterlibatan masyarakat dalam proses pembelajaran.
Penelitian
Strategi dalam bidang penelitian dilakukan dengan memberikan kontribusi nyata penelitian ilmiah dan pengabdian masyarakat berbasis kebutuhan dan pemberdayaan.
Pengabdian kepada Masyarakat
Strategi bidang pengabdian masyarakat terdiri dari berbagai kegiatan berkaitan dimensi sosial perguruan tinggi. Pelatihan, bimbingan, dan pengabdian dosen berkaitan dengan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Keuangan dan Administrasi
Pendanaan melalui perencanaan sesuai kebutuhan dan berbasis program.
Kepegawaian dan SDM
(1) Update informasi berbagai peraturan dan kebijakan berkaitan dengan pendidikan dan PTKB, (2) peran maksimal kinerja divisi/bagian kepegawaian PTKB dalam tugas dan fungsi, (3) studi lanjut dosen dan tenaga kependidikan, (4) penerimaan pegawai, (5) koordinasi yang baik PTKB dengan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha, (6) membentuk SDM Teknologi Informasi (TI) dan divisi manajemen sistem informasi dan pangkalan data.
Umum dan Sarana Prasarana
Fasilitas dan infrastruktur sistem dan teknologi informasi.
Sosialisasi, Promosi, dan Publikasi
Berbagai bentuk sosialisasi, promosi, dan publikasi secara berkelanjutan dalam berbagai bidang kebutuhan.

Daftar Referensi:
Abdullah, Mohammad Nayeem dan Robaka Shamsher. “A Study on the Impact of PEST Analysis on the Pharmaceutical Sector: The Bangladesh Context”. David Publishing Journal of Modern Accounting and Auditing, ISSN. 1548-6583, Vol. 7, No. 12, 1446-1456, 2011. Print
AECCenter Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Tentang AEC 2015. 2015. Web. http://aeccenter.kemendag.go.id/tentangaec2015
Badan Pusat Statistik. Indikator Ekonomi, Buletin Statistik Bulanan, Edisi Juli 2016. Print.
Begg dan Connolly. Database Systems A Practical Approach to Design, Implementation, and Management. England: Pearson Education Limited, 2015. Print.
David, F.R. Strategic  Management  Manajemen  Strategi  Konsep,  Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat, 2011. Print.
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama Republik Indonesia. Pedoman Pelaksanaan Penetapan Jabatan Fungsional Bagi Dosen Bukan Pegawai Negeri Sipil Perguruan Tinggi Keagamaan Buddha, 2015. Print.
Ganesh, R. dan Haslinda, A. Evolution and Conceptual Development of Service Quality in Service Marketing and Customer Satisfaction. International Review of Management and Business Researc. Vol. 3, Issue. 2,  Juni 2014. Web. <http://www.irmbrjournal.com>
Gupta, Abhishek. Environmental and PEST Analysis: An Approach to External Business Environment. Merit Research Journal of Art, Social Science and Humanities. Vol. 1(2) pp. 013 017, 2013. Web. 20 Agustus 2016. <http://www.meritresearchjournals.org/assh/index.htm>.
Halimatus. Jokowo Ungkap Alasan Reshuffle Kabinet Kerja. Republika Online. 2016. Web. 29 Juli 2016. <http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/politik/16/07/27/oaymid282jokowiungkapalasanreshufflekabinetkerja>.
Hattersley, Millett dan Shop. Computing Fundamentals Digital Literacy Edition. United Kingdom: John Wiley & Sons, 2014. Print.
Hitt, Ireland, dan Hoskisson. Strategic Management: Competitiveness and Globalization (Concepts and Cases) 8th Edition. USA: South-Western, a part of Cengage Learning, 2009. Print.
Indrajit dan Djokopranoto. Manajemen Perguruan Tinggi Moderen. n.p. n.d. Print.
Kotler, Keller. Manajemen Pemasaran. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009. Print.
Kotler, Keller. Marketing Management 14th. Prentice Hall, New York, 2012. Print.
Koumparouli dan Dimitrios Nikolaou. PEST Analysis: The case of E-Shop. TI Journal: International Journal of Economy, Management and Social Sciences, ISSN. 2306-7276, 2013. Print.
Maturbongs, Yoseph Hendrik dan Riri Satria. Perencanaan Strategis Sistem Informasi pada Institusi Pendidikan Tinggi: Studi Kasus Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi dan Sekretari Tarakanita. Yogyakarta : Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi, 17-18 Juni 2011. ISSN: 1907-5022.
Morden, Tony. Principles of Strategic Management, Third Edition. England: Ashgate Publishing Limited, 2007.
Kementerian Agama Republik Indonesia. Keputusan Direktorat Jenderal Bimbingan  Masyarakat Buddha No. 436 tahun 2015 Tentang Rencana Strategis Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Tahun 2015 -2019.
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015: Meningkatkan Daya Saing, Meraih Peluang. Disampaikan Direktur Kerjasama ASEAN, Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional, KEMENDAG, 2015. Print.
Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDIKTI). Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, 2016.  Web. http://forlap.dikti.go.id/prodi/detail/OUFFNDM2NUUtODFFRS00N0MwLUE1RUEtNzE4QzFFODAzRkEz (diakses 12 September 2016).
Peraturan Pemerintah No.37 Tahun 2009, Tentang Dosen. Print.
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 39 Tahun 2014, Tentang Pendidikan Keagamaan Buddha. Print.
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 3 Tahun 2015, Tentang Pengangkatan Dosen Tetap Bukan Pegawai Negeri Sipil Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri dan Dosen Tetap Perguruan Tinggi Keagamaan Swasta. Print.
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 1 Tahun 2016, Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Agama No. 11 Tahun 2014 Tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Rektor dan Ketua Pada Perguruan Tinggi Keagamaan yang Diselenggarakan oleh Pemerintah. Print.
Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesai No 44 Tahun 2015, Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Print.
Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesai No 2 Tahun 2016, Tentang Registrasi Pendidik pada Perguruan Tinggi. Print.
Pearce dan Robinson. Manajemen  Strategis:  Formulasi,  Implementasi  dan  pengendalian. Jakarta: Salemba Empat, 2008. Print.
Porter, M.E. Competitive Advantage Creating and Sustaining Superior Performance. New York: The Free Press, 1985. Print.
Sinambela, P.L. Reformasi Pelayanan Publik Teori, Kebijakan, dan Implementasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010. Print.
Tjiptono, Fandy. Service Management: Mewujudkan Layanan Prima Edisi II.Yogyakarta: Andi, 2012. Print.
Ward dan Peppard. Strategic Planning for Information System 3nd ed. England: John Wiley & Sons, 2002. Print.
Badan Pusat Statistik Indonesia. Web. https://www.bps.go.id
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha. Web. http://bimasbuddha.kemenag.go.id
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Web. http://www.kemendag.go.id/en
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Web. http://ristekdikti.go.id

Saturday, March 10, 2018

Pengaruh Pemanfaatan TIK dan Jenis Kelamin terhadap Kompetensi Pedagogik dan Profesional Dosen

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan TIK dan jenis kelamin terhadap kompetensi pedagogik dan profesional dosen Sekolah Tinggi Agama Buddha (STAB) Negeri Sriwijaya Tangerang Banten. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode ex post facto. Populasi penelitian terdiri dari dosen Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya Tangerang Banten. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik nontes menggunakan kuesioner. Kuesioner untuk mengukur tingkat pemanfaatan TIK, kompetensi profesional dan pedagogik dosen. Analisis data dengan menggunakan analisis multivariat. Hasil penelitian menunjukkan terdapat efek perbedaan atau pengaruh pemanfaatan TIK terhadap kompetensi profesional dan pedagogik dosen STAB Negeri Sriwijaya Tangerang Banten. Hasil penelitian juga menunjukan tidak terdapat efek perbedaan jenis kelamin terhadap kompetensi profesional dan pedagogik dosen STAB Negeri Sriwijaya Tangerang Banten, dan tidak ada interaksi antara pemanfaatan TIK dan jenis kelamin secara bersama-sama terhadap kompetensi profesional dan pedagogik dosen Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya Tangerang Banten.

Pengaruh Pemanfaatan TIK dan Jenis Kelamin terhadap Kompetensi Pedagogik dan Profesional Dosen
Kompetensi Profesional Dosen
Sumber Gambar: Emory University Goizueta Business School, Request a Business Course.
https://community.bus.emory.edu/program/PreBBA/Pages/Requesting-a-Business-Course.aspx

This research is aimed at finding the effects of utilizing information technology and its correlaction with gender towards pedagogical and profesional competence lecturer of Sriwijaya State Buddhist College Tangerang Banten. Method of this research is descriptive approcah with ex post facto design. Population used in this research is teaching staf at Sriwijaya State Buddhist College Tangerang Banten. Data gethering used was non-testing given-questionaire. This instrument was used to measure level of utilization of information technology towards lecturers’ pedagogical and profesional competence. The data analysis technique used was mutivariate design. The result indicates that there is an effect and differences in utilizing information technology towards lecturers’ pedagogical and profesional competence at Sriwijaya State Buddhist College Tangerang Banten. The reslut simultaneosly indicates that the impacts of differences does not correlate with gender, and there is not any interaction between utilizing information technology towards gender and pedagogical profesional competence lecturer of Sriwijaya State Buddhist College.

Thursday, March 1, 2018

Simbolisasi Dhammacakkappavattana Sutta di Vihara Mendut

This study is based on the absence of a comprehensive description of the symbol of Dhammacakkappavattana Sutta (Sermon on the Dhamma Wheel) in the Mendut Monastery. This study aims to describe the holistic meaning of the symbolization of the first sermon containing the core of the Buddha's teachings, namely the Dhammacakkappavattana Sutta carved on the wooden window of the main dhammasālā at the Mendut Monastery complex.
This study uses analytical methods of interpretation (understanding and interpretation) with procedures: (a) inventory of empirical data objects as simple ideas; (b) the granting and excavation of the meaning contained in the object; (c) understanding through insight; and (d) interpretation. The object material of this study is the twelve symbols of the first preaching of the Buddha, the Dhammacakkappavattana Sutta, carved in the wooden windows as a series arranged in sequence as an explanation of the content of the sermon. The validity of the study is based on a confirmability that reflects the objectivity of the study.
The results of the study show that: (a) the Dhammacakkappavattana Sutta's sermon is symbolized into twelve icons or characters, namely the dharmacakra with thirty spokes (thirty-dharma wheels) and the dharmacakra with twelve spokes as an introduction, then the dharmacakra with three strings, the dharmacakra with eight spokes, the dharmacakra with four blades in which each has thick and thin sides, the dharmacakra with twenty four spokes, the dharmacakra with eight spokes, the lotus symbol, the striped circle, the eye symbol seeing waves, the single eye symbols, and the broken gongs; (b) the symbols of the Dhammacakkappavattana Sutta are understood and interpreted as a well-organized meaningful explanations reflecting the content of the sermon. They are commenced by cultivating the pāramitā (virtue) which is ten in number, each of which has three levels, the comprehension of the law of dependent origination, the two extremes namely self-mortification and self-indulgence, the Noble Eightfold Path as the middle way, the realization of the Four Noble Truths, the details of the Four Noble Truths, the Noble Eightfold Path as a path to be developed, the implementation of sīla as the basis, tranquility meditation, vipassanā meditation, the manifestation of paññā, and the attainment of Nibbāna.
The consequence of the Dhammacakkappavattana Symbolization simplified into a particular icon makes it easy to understand the content of the sermon. It can be used as a medium of Dharma education which is more contextual with an easy and powerful language.
Mendut monastery, Dhammacakkappavattana Sutta, Symbolization.

samatha bhāvanā
Simbolisasi Dhammacakkappavattana Sutta di Vihara Mendut
Waluyo
STABN Sriwijaya
sadarsetiapsaat76@gmail.com

Kajian ini didasarkan pada permasalahan tidak adanya deskripsi yang komprehensif mengenai simbol Dhammacakkappavattana Sutta (Khotbah tentang Pemutaran Roda Dhamma) yang ada di Vihara Mendut. Kajian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna secara holistik simbolisasi khotbah pertama yang memuat inti ajaran Buddha yaitu Dhammacakkappavattana Sutta yang terpahat pada media jendela kayu ruang dhammasālā belakang di kompleks Vihara Mendut.

Kajian ini menggunakan metode analisis verstehen-interpretation (pemahaman dan interpretasi) dengan prosedur: (a) inventarisasi objek data empiris sebagai simple ideas; (b) pemberian dan penggalian tentang makna yang terkandung pada objek; (c) pemahaman melalui insight; dan (d) interpretasi. Objek material kajian ini adalah dua belas simbol khotbah pertama Buddha yaitu Dhammacakkappavattana Sutta yang terpahat pada jendela kayu sebagai satu rangkaian yang disusun secara berurutan sebagai penjelasan isi khotbah. Keabsahan kajian didasarkan pada konfirmabilitas yang mencerminkan objektivitas kajian.

Hasil kajian menunjukkan bahwa: (a) khotbah Dhammacakkappavattana Sutta disimbolkan menjadi dua belas ikon atau karakter, yaitu dharmacakra (roda dharma) berjari-jari tiga puluh dan dharmacakra berjari-jari dua belas sebagai pendahuluan, kemudian cakra (roda) dengan tiga senar, dharmacakra berjari-jari delapan, dharmacakra dengan empat mata pisau masing-masing bersisi tebal dan tipis, dharmacakra berjari-jari dua puluh empat, dharmacakra berjari-jari delapan, simbol teratai, lingkaran bergaris, simbol mata melihat gelombang, simbol mata tunggal, dan gong pecah; (b) simbol-simbol Dhammacakkappavattana Sutta dipahami dan diinterpretasi sebagai rangkaian penjelasan penuh makna yang mencerminkan isi khotbah, yaitu diawali dengan pelaksanaan pāramitā (kebajikan) yang berjumlah sepuluh masing-masing dengan tiga tingkatan, pemahaman hukum dependent origination, dua hal ekstrem yaitu hidup menyiksa diri dan mengumbar hawa nafsu, Jalan Mulia Berunsur Delapan sebagai middle way, pemahaman tentang Empat Kebenaran Ariya, rincian unsur Empat Kebenaran Ariya, Jalan Mulia Berunsur Delapan sebagai jalan yang harus dikembangkan, pelaksanaan sīla sebagai dasar, meditasi konsentrasi, meditasi vipassanā, timbulnya paññā, dan pencapaian Nibbāna.

Hasil simbolisasi Dhammacakkappavattana Sutta yang disederhanakan ke dalam ikon tertentu mempermudah pemahaman mengenai isi khotbah tersebut. Hal ini dapat digunakan sebagai media pendidikan Dharma yang lebih kontekstual dengan bahasa yang mudah dan powerful.

Vihara Mendut, Dhammacakkappavattana Sutta, Simbolisasi

Waluyo. 2017. Simbolisasi Dhammacakkappavattana Sutta di Vihara Mendut. STABN Sriwijaya.