Friday, June 26, 2015

Menciptakan dan Berbagi Konten - Distributed Cognition

Kemajuan dunia digital mendorong sebuah bentuk kecerdasan baru. Menurut Henry Jenkins, direktur Comparative Media Studies Program di Massachusetts Institute of Technology. Terlihat bahwa hampir setengah anak remaja menciptakan konten untuk media digital, sementara sekitar satu pertiga berbagi konten dalam media tersebut.

 Collaborative, Distributed Cognition
images by: http://thinkibility.com/tag/information

Dunia komunikasi dan pendidikan, khususnya dalam hal pembelajaran juga tidak lepas dari kemajuan dunia digital seperti multimedia dan internet juga terwujud dalam berbagai media pembelajaran. Perkembangan dunia web dalam bentuk web 2.0 dan web 3.0 memungkinkan para pengguna semakin berkolaborasi ( kolaboratif ), aktif terlibat dalam penciptaan konten, menghasilkan pengetahuan ( knowledge ) dan berbagi informasi secara online. Blogs, micro-blogging, situs jaringan sosial (sebut saja Facebook dan Twitter ), video sharing ( Youtube ), dan photo sharing ( Istagram ) telah muncul dengan potensi keunikannya tersendiri. Dalam kondisi berbagi konten menciptakan terjadinya kultur partisipasi, kemampuan berinteraksi baik dengan orang lain maupun dengan komputer dapat mengembangkan kemampuan mental.

Dalam kasus bermain video game, bermain video game membantu menghasilkan bentuk kecerdasan kolektif, distributed cognition. Kecerdasan dapat ditingkatkan melalui kerjasama dengan orang lain ataupun melalui mesin (komputer). Para pendidik selalu mengetahui bahwa siswa belajar lebih melalui observasi langsung dan eksperimen dibandingkan dengan membaca buku teks atau mendengarkan ceramah (Henry Jenkins, 2009: 42). Video game memungkinkan pengguna untuk bermain dengan canggih dan teliti melalui simulasi, dalam kegiatan demikian terjadi proses membangun intuisi dan pemahaman bagaimana menggunakan kemampuan tersebut dalam dunia kerja. Dengan melalui simulasi dapat memperluas pengalaman yang dimiliki para pengguna simulasi tersebut.

Referensi:
-Don Tapscott. 2013. Grow Up Digital - Yang Muda Yang Mengubah Dunia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, Kompas  Gramedia.
-Henry Jenkins. Confronting the Challenges of Participatory Culture: Media Education for the 21 Century, Internal White  Paper, The John D. and Catherine T. MacArthur Fundation, www.projectnml.org.
-Confronting the Challenges of Participatory Culture: Media Education for th 21st Century by Henry Jenkins (P.I.) with  Ravi Purushotma, Margaret Weigel, Katie Clinton, and Alice J. Robison.

Penyusunan Rencana Strategis Sistem Informasi dan Teknologi Informasi dengan Enterprise Architecture Planning (EAP)

Penyusunan Rencana Strategis Sistem Informasi (SI) dan Teknologi Informasi (TI) dengan Enterprise Architecture Planning (EAP)
Studi Kasus Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya Tangerang Banten

Rencana strategis SI/TI pada STAB Negeri Sriwijaya Tangerang Banten merupakan suatu langkah menyelaraskan sistem dan teknologi informasi sesuai dengan strategi dan proses bisnis STAB Negeri Sriwijaya Tangerang Banten. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan eksploratif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik nontes menggunakan angket, wawancara, dokumentasi, dan melakukan observasi terhadap organisasi. Analisis yang digunakan adalah dengan metode Value Chain, SWOT, PEST, Porters Five Force, dan Critical Success Factor (CSF). Hasil dari penelitian ini adalah bentuk atau rumusan rencana strategis SI/TI yang sesuai dengan STAB Negeri Sriwijaya Tangerang Banten, dalam bentuk arsitektur data, aplikasi, dan teknologi untuk mendukung proses bisnis STAB Negeri Sriwijaya Tangerang Banten.


Penelitian dibatasi pada penyusunan rencana strategis SI/TI pada STAB Negeri Sriwijaya Tangerang Banten. Perencanaan strategis SI/TI dibuat dalam bentuk enterprise architecture yang meliputi arsitektur data, aplikasi, dan teknologi. Arsitektur aplikasi dan arsitektur teknologi dibuat dengan metodologi Enterprise Architecture Planning (EAP) dalam kerangka kerja Zachman.
Identifikasi Area Bisnis
Berdasarkan analisis Value Chain, area fungsional utama untuk model pendidikan di STAB Negeri Sriwijaya Tangerang Banten dapat dikelompokkan ke dalam kegiatan utama dan kegiatan pendukung. Kegiatan utama terdiri dari Penerimaan Mahasiswa, Operasional Akademik dan Penglepasan Akademik. Sedangkan kegiatan pendukung terdiri dari Keuangan, Kepegawaian, bagian umum Sarana Prasarana dan Unit Pelaksana Teknis pada STAB Negeri Sriwijaya Tangerang Banten. Dalam menjalankan kegiatan bisnis berdasarkan aktivitas utama dan pendukung, STAB Negeri Sriwijaya Tangerang Banten diharapkan mendapat suatu margin keuntungan melalui kinerja yang efektif dan efisien yang bergantung pada kemampuan untuk mengatur keterkaitan antar semua aktivitas yang ada. File lengkap baca disini: Renstra IT STAB Negeri Sriwijaya Tangerang Banten
Analisis Internal STAB Negeri Sriwijaya Tangerang Banten
Analisis Value Chain STAB Negeri Sriwijaya Tangerang Banten
Sumber dan download disini: 
Jurnal Sistem Informasi dan Teknologi Informasi : Renstra IT STAB Negeri Sriwijaya Tangerang Banten

Thursday, June 25, 2015

Konsep Editing Foto

Dokumentasi dapat diartikan sebagai segala bentuk media untuk mengabadikan atau mengarsip sesuatu (dalam hal ini adalah foto). Jadi segala jenis momen foto yang diambil (pas foto, prosesi, candid, dan close up) adalah bentuk dokumentasi.  Keslahpahaman penggunaan istilah foto dokumentasi, foto dokumentasi identik dengan foto yang diambil dengan mengikuti urutan prosesi tertentu, misalnya pernikahan, ulang tahun, dan wisuda, yang sebenarnya segala bentuk foto yang diambil adalah bentuk dokumentasi. > > bersambung 

Sebelum Digital dengan Digital
referensi:
Bonnie & Daniel. 2007. Photoshop: Fundamental Photo Editing.Jakarta: Elex Media Komputindo

Sisi Gelap Jejaring Sosial

Jaringan Sosial dengan pemanfaatan sistem dan teknologi informasi dalam bentuk internet seperti Facebook, Twitter, Istagram, dan BlackBerry Messenger (BBM). Generasi atau pengguna internet membuka diri sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan. Penggemar berat Facebook, Twitter, dan Istagram mencantumkan informasi sekecil apapun yang mereka miliki tentang diri sendiri (data pribadi) dan orang lain kedalam media online. Agar semua teman dapat melihat, mulai dengan ungkapan-ungkapan isi hati (rasa sayang, kegalauan) hingga foto-foto pribadi yang sangat terbuka (foto seksi).

Sisi Gelap Jejaring Sosial dapat terlihat melalui status facebook, beberapa status membuat terjadinya pertengkaran antar teman dan keluarga. Peningkatan terjadinya perceraian suami istri akibat jejaring sosial.  Perdagangan anak melalui jejaring sosial, kejahatan seksual dan prostitusi online, serta kasus anak hilang dikarenakan teman facebook.

Para pengguna Facebook bersikap sangat polos, tidak terpikirkan dikemudian hari ada orang yang akan memanfaatkan informasi dan foto pribadi mereka. Mereka hanya ingin membagikan yang menurut mereka peristiwa penting, membahagiakan, unik, dan lucu, kepada teman dan orang lain. Pengguna jejaring sosial yang tidak dibekali dengan pemahaman filter dan sharing informasi yang baik, mereka tidak akan mau mengerti bahwa kerahasiaan pribadi itu sangatlah penting. Baca juga Perkembangan Smartphone belum diimbangi dengan Kemampuan Filter dan Sharing Informasi


Foto Selfie Cewek ABG
Foto Selfie
referensi:
Don Tapscott. 2008. Grown Up Digital, How The Net Generation Is Changing Your World. New York: McGraw-Hill.
http://tekno.liputan6.com/read/263323/gara-gara-facebook-perceraian-meningkat
 

Wednesday, June 24, 2015

Facebook dan Data Pribadi

Facebook dan Data Pribadi
Teknologi digital telah memberikan orang lain melacak setiap gerakan pribadi, baik online mapupun offline, menghimpun berbagai profile pribadi sangat rinci yang menggabungkan informasi prilaku, psikologi, dan sosial pada setiap pengguna teknologi. Facebook telah menjadi tonggak dan benih sebuah perkara besar kerahasiaan pribadi (privasi). Privasi menjadi permasalahan bagi kita pengguna teknologi seperti facebook dan situs-situs jejaring sosial lainya. Dengan penyebaran informasi pribadi yang terus berlangsung, menjadi kekhawatiran tingkah laku kita dalam penggunaan teknologi menjadi rumusan terjadinya penghancuran hak mendasar pribadi yang seharusnya tetap dilindungi dan tidak terpublikasi. >> selanjutnya Sisi Tersembunyi Jejaring Sosial 

Don Tapscott. 2008. Grown Up Digital, How The Net Generation Is Changing Your World. New York: McGraw-Hill.